Perjanjian Lama (Islandia)

Bagian dari seri mengenai
Sejarah Islandia
Islandia
Abad Pertengahan
Pemukiman Islandia 870–930
Persemakmuran Lama 930–1262
Kristenisasi 999–1118
Zaman Sturlung 1180–1264
Perjanjian Lama 1262
Kekuasaan Norwegia 1262–1380
Kekuasaan Denmark 1380–1918
Reformasi 1536–1627
Monopoli Dagang 1602–1874
Letusan Laki 1783–1785
Zaman Modern
Gerakan Kemerdekaan 1809–1847
Kekuasaan Sendiri / Kemerdekaan 1885–1918
Undang-Undang Penyatuan 1918
Kerajaan 1918–1944
Perang Dunia II 1939–1944
1940
1940–1945
Republik 1944–sekarang
Pendirian Republik Islandia 1944
Perang Dingin 1947–1991
Perang Kod 1948–1976
Reformasi Ekonomi 1991–2008
Krisis Keuangan 2008–2011
Topik terkait
  • Bangsawan di Islandia
Lini masa sejarah Islandia
  • l
  • b
  • s

Perjanjian Lama (Islandia: Gamli sáttmálicode: is is deprecated ) adalah nama perjanjian yang menyatukan Islandia dengan Norwegia. Perjanjian ini juga dikenal dengan nama Gissurarsáttmáli yang berasal dari Gissur Þorvaldsson, kepala suku Islandia yang menganjurkan perjanjian ini. Namun, "Perjanjian Lama" mungkin merupakan hasil dari kesalahpahaman sejarah. "Perjanjian Lama" atau Gamli sáttmáli adalah pembaharuan perjanjian pada tahun 1302, sementara perjanjian 1262 adalah perjanjian Gissurarsáttmáli.

Perjanjian ini disepakati pada tahun 1262–1264 oleh kepala-kepala suku utama Islandia dan Raja Haakon IV dari Norwegia serta penerusnya, Magnus VI. Sebelumnya, Islandia mengalami perang saudara selama beberapa dasawarsa akibat perselisihan antara kepala-kepala suku Islandia, sementara Raja Norwegia mencoba memperluas kekuasaannya dengan membantu keluarga Sturlung.

Menurut perjanjian ini, orang Islandia harus membayar pajak kepada Raja Norwegia, tetapi sebagai gantinya mereka memperoleh undang-undang, jaminan perdamaian serta sarana transportasi antara Norwegia dengan Islandia. Orang Norwegia dan Islandia juga mendapat hak yang sama di negara masing-masing. Undang-undang Persemakmuran Islandia kemudian diperbaharui dan undang-undang yang bernama Jónsbók dikeluarkan pada tahun 1281. Perjanjian ini lalu diperbaharui pada tahun 1302 atas desakan dari Raja Haakon V dari Norwegia.

Terdapat beberapa penjelasan mengapa kepala-kepala suku Islandia mau tunduk kepada Raja Norwegia:

  • Mereka sudah bosan berperang dan merasa bahwa perjanjian dengan raja akan membawa perdamaian
  • Mereka takut bahwa raja akan mengembargo Islandia kecuali jika mereka mau setia kepadanya
  • Gereja mendukung penyatuan Islandia dengan Norwegia
  • Kepala-kepala suku Islandia menerima perjanjian ini agar dapat menjadi bangsawan
  • Orang Islandia belum mengenal gagasan kedaulatan dan nasionalisme modern
  • Kekuatan raja lebih kuat daripada Persemakmuran Islandia[1]

Catatan kaki

  1. ^ Karlsson, Gunnar (2000). The History of Iceland. hlm. 85–87. 

Daftar pustaka

  • Árni Daníel Júlíusson, Jón Ólafur Ísberg, Helgi Skúli Kjartansson Íslenskur sögu atlas: 1. bindi: Frá öndverðu til 18. aldar Almenna bókafélagið, Reykjavík 1989
  • Patricia Pires Boulhosa Icelanders and the Kings of Norway: Medieval Sagas and Legal Texts, The Northern World, Brill Academic 2005


Ikon rintisan

Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s